PORTALJABAR – Jeritan warga Desa Wadas, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, kembali menggema. Ancaman banjir dan abrasi di bantaran Kali Kalapa yang terus berulang setiap musim hujan, memicu kemarahan Kepala Desa Wadas, H. Junaedi atau yang akrab disapa H. Jujun.
Dalam pernyataannya yang penuh nada kecewa, H. Jujun mempertanyakan lambannya respons pemerintah serta minimnya kontribusi dari kawasan industri besar yang berdiri megah di sekitar wilayahnya.
“Setiap tahun, warga saya jadi korban. Longsor, abrasi, kerusakan rumah. Tapi mana perhatian pemerintah? Apakah harus menunggu ada korban jiwa dulu baru bertindak?” tegasnya dalam pernyataan kepada awak media.
Tak hanya dinas teknis, H. Jujun juga menyindir Gubernur Jawa Barat yang dinilainya pilih kasih.
“Kalau ada bencana di daerah lain, cepat datang. Tapi ke Wadas? Tidak pernah sekalipun muncul,” ucapnya.
Lebih jauh, H. Jujun menyoroti sikap diam kawasan industri seperti Karawang International Industrial City (KIIC), Karawang Jabar Industrial Estate (KJIE), Pertiwi Lestari, dan Golf Sedana. Ia bahkan mempertanyakan, apakah keberadaan industri besar justru membuat pemerintah “takut” bergerak.
“Apakah harus demo dulu? Harus warga saya turun ke jalan baru didengar?” tanyanya dengan nada tinggi.
Menanggapi pernyataan keras tersebut, Bambang Sugeng selaku External Relation Division Head KIIC, menegaskan bahwa pihaknya bukan berpangku tangan. Ia menyebut, sejak rapat koordinasi penanganan banjir Kali Kalapa pada 2021, KIIC telah menjalankan berbagai upaya konkret.
“Kami sudah melakukan normalisasi sepanjang 553 meter, membangun kolam retensi seluas 11-12 hektare, dan menanam 500 pohon di bantaran sungai. Semua itu bagian dari komitmen kami,” ujar Bambang.
Menurutnya, sistem pengendalian air di kawasan KIIC sudah dilengkapi peralatan hidrolik yang memungkinkan pengaturan volume air sebelum dialirkan ke Kali Kalapa.
Namun Bambang juga menyoroti bahwa upaya ini tidak bisa dilakukan oleh KIIC sendiri. Ia menyebut, berdasarkan hasil rapat 2021, ada pembagian tugas antara kawasan industri lain dan instansi pemerintah.
“Bisa jadi banjir berasal dari wilayah tetangga yang belum menjalankan hasil kesepakatan. Ada kolam retensi dan long storage yang belum dibangun,” ungkapnya.
Bambang juga menduga banjir baru-baru ini disebabkan oleh curah hujan yang ekstrem dalam beberapa minggu terakhir. Air dari kawasan lain yang tidak tertampung akhirnya mengalir ke Kali Kalapa dan menerjang Desa Wadas.
“Kami tidak ingin saling menyalahkan. Yang jelas, kami siap duduk bersama lagi, bahas ini bareng-bareng. Masalah ini tidak bisa diselesaikan satu pihak saja,” tandasnya.
Bambang menegaskan kesiapan KIIC untuk kembali berkoordinasi dengan pemerintah daerah, pengelola kawasan industri lainnya, dan dinas terkait guna mencari solusi jangka panjang yang berkelanjutan. (Joe)