PORTALJABAR – Upaya pengurangan dan pengolahan sampah dan limbah plastik bukan hanya tugas satu pihak. Butuh kerja sama pemerintah, produsen produk berkemasan, konsumen, hingga masyarakat umum. Kolaborasi dan dukungan dari pemangku kebijakan akan menguatkan tata kelola sampah serta ekonomi sirkular.
Kerja sama multi stakeholder merupakan komitmen bersama untuk meningkatkan dan menggalakkan kegiatan sirkular ekonomi sebagai salah satu cara mengatasi sampah. Kerja sama ini juga mencakup kegiatan mengedukasi dan mendukung waste management di rumah dan lingkungan masyarakat.
Dalam forum diskusi Indonesia Green Summit 2021, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah Sampah dan B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, ada tiga pendekatan pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah, yakni minim sampah atau eco-living, ekonomi sirkular serta layanan dan teknologi.
“Wirausahawan sosial dan juga perusahaan swasta berperan penting dalam pendekatan ekonomi sirkular. Tentunya pemerintah membutuhkan dukungan dari semua elemen pemangku kepentingan termasuk masyarakat agar pengelolaan sampah ini bisa teratasi,” kata Rosa seperti dikutip keterangan tertulis yang diterima awak media, Kamis (29/7/2021).
Sementara, Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya, Ronald Atmadja mengatakan, Le Minerale mendukung penuh upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah nasional dan ikut mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersama mengelola sampah.
“Melalui program gerakan ekonomi sirkular nasional Le Minerale, kami berjuang untuk meningkatkan collection rate dan recycling rate tumbuh di atas 20%,” kata Ronald.
Menurut Ronald, Le Minerale akan terus mengedukasi konsumen untuk dapat memilah sampah, mengenalkan konsep ekonomi sirkular dan juga bermitra dengan siapapun yang mau bersama-sama mengelola sampah.
“Saat ini Le Minerale terus menjajaki cara terbaik untuk mencapai sinergisitas optimal pengelolaan sampah plastik mulai dari pengumpulan hingga pemrosesannya,” tandasnya.
Berdasarkan data KLHK, Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah setiap tahunnya. Setengahnya merupakan sampah organik rumah tangga dan sekitar 20% lainnya adalah sampah plastik. Melihat jumlah sampah plastik tersebut, Indonesia punya potensi bahan baku untuk pengelolaan limbah plastik.
Christine Halim, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik (Adupi), Christine Halim menilai, daur ulang limbah plastik adalah salah satu penggerak kegiatan ekonomi berbasis sirkular.
“Di dunia saat ini plastik jenis PET yang memiliki demand yang tinggi di industri daur ulang. Penggunaan bahan ini sejalan dengan visi pemerintah mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip sirkulasi ekonomi,” kata Christine.
Sumber: BeritaSatu.com