PORTAL JABAR,-Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia pasti mengalami pergesekan dengan lingkungan sosialnya atau mendapati hal yang tidak sesuai dengan harapannya. Pada momen bersosialisasi dengan lingkungan baik keluarga maupun pertemanan kerap terjadi hal-hal yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, sakit hati, kecewa, dan lain sebagainya yang diakibatkan oleh kesalahan kecil ataupun besar. Pada momen lain, terkadang kita mendapati hal di saat sedang berjuang untuk meraih sesuatu ternyata kita gagal untuk mendapatkan hal tersebut.
Atas kejadian-kejadian tersebut, hati dan pikiran pun cenderung memiliki responsnya masing-masing di tiap individu dan setiap individu memiliki batasnya masing-masing dalam menerima suatu hal juga cara serta waktu untuk memaafkannya. Sehingga, persoalannya adalah berapa lama seseorang butuh waktu untuk memaafkan suatu hal itu dan apakah dalam rentang waktu tersebut ia mendapatkan dampak positif untuk kehidupannya atau justru sebaliknya?
Bukankah tidak ada orang yang ingin dihantui oleh kegelisahan di sepanjang waktunya bahkan di sepanjang hidupnya? Tentu saja tiap orang pasti ingin memiliki kehidupan yang tentram, damai, dan bahagia. Salah satu cara untuk meraihnya adalah menerima dan memaafkan segala hal yang tidak sesuai dengan diri kita. Meski prosesnya sulit tetapi percayalah waktu kita sangat berharga. Bukankah lebih baik jika kita menghabiskannya dengan kedamaian dan kebahagiaan?
Saya ingin mengulas manfaat memaafkan terhadap kesejahteraan berdasarkan teori :
Teori Pemaafan dan Kesejahteraan (Forgiveness and Well-being Theory) – Everett Worthington
Dr Everett Worthington adalah tokoh yang mengembangkan teori pemaafan dan kesejahteraan. Ia menghubungkan proses memaafkan dengan peningkatan kesejahteraan psikologis. Dalam teori ini, Ia mengemukakan bahwa memaafkan dapat mengurangi emosi negatif, seperti kemarahan dan stres, meningkatkan emosi positif, dan kepuasan hidup serta kebahagiaan.
Teori Pemaafan dan Kesehatan (Forgiveness and Health Theory) – Loren Toussaint dan Frederick Luskin
Dr. Loren Toussaint dan Dr. Frederick Luskin, dua tokoh ini menyumbangkan pemahaman mengenai hubungan antara memaafkan dengan kesehatan. Teori ini menunjukkan bahwa memaafkan dapat membantu mengurangi stres kronis, meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, mengurangi gejala depresi dan kecemasan, serta meningkatkan kualitas tidur.
Teori Pemaafan dan Hubungan Sosial (Forgiveness and Social Relationship Theory) – Michael E. McCullough
Dalam teorinya, mereka mengemukakan bahwa memaafkan dapat memperbaiki hubungan interpersonal, mengurangi konflik, meningkatkan keintiman, dan mempromosikan kebahagiaan dalam hubungan sosial.
Teori Pemaafan dan Kebahagiaan (Forgiveness and Happiness Theory) – Robert D. Enright
Dr. Robert D. Enright adalah seorang ahli pemaafan terkemuka. Ia meneliti kaitan antara memaafkan dan kebahagiaan. Teori ini mengemukakan bahwa memaafkan dapat memberikan rasa lega, kedamaian batin, dan peningkatkan kepuasan hidup. Dengan membebaskan diri dari beban dendam dan kemarahan, menurutnya individu dapat mencapai kebahagiaan yang lebih tinggi.
Penulis : Melani Putri Dewita Sari
Sumber :
- Worthington, E. L. (2005). Handbook of forgiveness. Routledge.
- Worthington, E. L. (2003). Forgiving and reconciling: Bridges to wholeness and hope. InterVarsity Press.
- Toussaint, L. L., & Webb, J. R. (2005). Theoretical and empirical connections between forgiveness, mental health, and well-being. In E. L. Worthington Jr. (Ed.), Handbook of forgiveness (pp. 349-362). Routledge.
- Luskin, F. (2003). Forgive for good: A proven prescription for health and happiness. Harper Collins.
- McCullough, M. E. (2008). Beyond revenge: The evolution of the forgiveness instinct. Jossey- Bass.
- Enright, R. D. (2001). Forgiveness is a choice: A step-by-step process for resolving anger and restoring hope. American