PORTALJABAR, JAKARTA – Gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer menjadi penyebab Bumi menjadi lebih hangat dalam beberapa abad terakhir. Terdapat berbagai macam gas rumah kaca, salah satunya metana (CH4).
Metana adalah gas rumah kaca yang paling melimpah kedua setelah karbon dioksida. Hasil studi menyebut metana memerangkap panas kira-kira 30 kali lebih banyak daripada karbon dioksida.
Metana di udara di antaranya disumbang oleh sapi. Sapi menghasilkan metana dalam dua cara utama, melalui pencernaannya dan melalui kotorannya. Melansir lets talk science, metana membentuk sekitar setengah dari total gas rumah kaca yang dikeluarkan sektor itu.
Sapi adalah bagian dari kelompok hewan yang disebut ruminansia. Ruminansia memiliki perut dengan empat ruang yang berbeda. Domba, kambing, dan jerapah juga jenis hewan ruminansia.
Ruang pertama disebut rumen. Rumen adalah rumah bagi ekosistem mikroorganisme yang kompleks, seperti bakteri, jamur, dan protozoa. Beberapa bakteri dan protozoa memecah gula dan pati dari tanaman. Lainnya memecah selulosa yang membentuk dinding sel tanaman.
Ruang kedua adalah retikulum. Pada ruang itu tanaman yang sulit dicerna, seperti rumput, disimpan. Tanaman dimuntahkan dan dikunyah lagi dan lagi. Mengunyah berulang-ulang itu membantu memecah makanan secara fisik.
Ruang ketiga adalah omasum yang berperan secara mekanis memecah makanan lebih jauh. Ruang keempat adalah abomasum, tempat nutrisi diekstraksi dari makanan. Makanan kemudian dilanjutkan melalui proses pencernaan.
Proses penting yang disebut fermentasi enterik terjadi di dalam rumen. Saat itulah bakteri memecah karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana. Produk akhir fermentasi enterik oleh bakteri seperti asam lemak volatil (VFA) serta gas, seperti karbon dioksida dan metana.
VFA diserap melalui dinding rumen dan diangkut ke hati di mana hewan menggunakannya untuk energi.
Namun, perlu diketahui sapi melepaskan metana terutama melalui sendawa mereka (bersendawa). Sisanya keluar sebagai perut kembung (kentut).
Ada beberapa jenis makanan yang membuat spai menghasilkan metana lebih banyak. Misalnya, mencerna jerami dan rumput menghasilkan lebih banyak metana daripada jagung.
Para ilmuwan sedang mempelajari alternatif pakan sapi yang dapat menghasilkan lebih sedikit metana. Misalnya, para ilmuwan mencoba menambahkan rumput laut ke makanan sapi. Mereka berharap rumput laut dapat menghambat enzim tertentu yang terlibat dalam produksi metana.
Berdasarkan prediksi, ada 1,4 miliar sapi yang hidup di Bumi pada awal tahun 2020. Satu ekor sapi diperkirakan mampu menghasilkan 250 hingga 500 liter metana setiap hari.
Melansir Washington Post, sapi bertanggung jawab atas 62 persen emisi pertanian. Sehingga, makan daging atau minum susu sapi adalah salah satu langkah paling kuat yang dapat diambil seseorang untuk melindungi planet Bumi.
Sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa jika setiap orang Amerika Serikat menukar semua daging sapi dalam makanan mereka dengan kacang-kacangan, itu akan membuat AS setengah jalan untuk memenuhi target emisi gas rumah kaca 2020 yang ditetapkan dalam kesepakatan iklim Paris.
Mengurangi konsumsi daging sapi memiliki keuntungan yang jauh melampaui pengaruhnya terhadap iklim, kata para ilmuwan. Mengubah lahan peternakan menjadi hutan juga akan menciptakan habitat baru dan mengurangi dampak pertanian terhadap polusi air.
Mengurangi konsumsi daging sapi juga tidak berarti kita harus meninggalkan daging sapi sepenuhnya. Selain bagian penting dari warisan budaya masyarakat, daging sapi juga merupakan sumber protein yang penting bagi jutaan orang di tempat-tempat yang kekurangan protein.
Para pendukung pengurangan konsumsi daging mengakui bahwa etika makanan itu rumit dan seringkali bersifat pribadi.
Wakil presiden World Resources Institute, Janet Ranganathan mengatakan perubahan yang lebih halus diperlukan untuk mewujudkan konsumsi daging sapi. Misalnya, menggeser daging sapi padat karbon menuju unggas, ikan, dan makanan nabati.
Jika pemakan daging sapi terbesar di dunia membatasi konsumsi mereka hingga setara dengan 1,5 hamburger per minggu (sekitar setengah dari apa yang rata-rata orang di AS makan saat ini), Ranganathan berkata planet ini dapat mendukung populasi 10 miliar orang tanpa harus mengubah hutan lagi menjadi tanah pertanian.
Pergeseran itu juga akan menghindari sekitar 5,5 miliar ton emisi gas rumah kaca setiap tahun, setara dengan emisi dari dua India.