PORTALJABAR, MANUKWARI – Senat Universitas Papua (Unipa) memutuskan memberikan ijin kepada kepolisian untuk masuk lingkungan kampus guna melakukan penyelidikan pascademonstrasi anarkis mahasiswa berujung penganiayaan pegawai akademik, perusakan gedung rektorat dan sejumlah gedung Fakultas pada Rabu (21/7) kemarin.
“Rabu malam saya langsung pimpin rapat darurat senat Unipa secara daring untuk menyikapi aksi demo brutal itu. Point ke-4 dalam rapat itu memutuskan, mengusut pelaku pengrusakan, penganiayaan serta aktor intelektual dibalik aksi itu,” ujar Rektor Unipa, Dr. Meky Sagrim dalam konferensi pers, Manokwari, Papua Barat, Kamis (22/7) siang.
Dia menyebut demonstrasi berujung kerusuhan itu merupakan puncak dari aksi protes yang dilakukan sejumlah mahasiswa pada Senin dan Selasa lalu. Dalam aksi itu, mereka meminta agar 39 orang calon mahasiswa baru yang mengikuti seleksi lokal harus diluluskan.
“Hasil tes diumumkan Jumat sore pekan lalu. 39 orang yang dimaksud itu nyatanya tidak mendaftar sebagai peserta tes. Kita tidak tahu mereka dimana. Tidak ikut seleksi tapi memaksa untuk diterima. Tidak bisa seperti itu. Masuk perguruan tinggi itu ada aturannya,” tegas Meky.
Merasa tuntutannya tak digubris, sambung Meky, demonstran kembali mendatangi Rektorat hingga berujung aksi anarkis.
Sejumlah kaca ruangan berguguran akibat lemparan batu dan hantaman benda tumpul, begitupun dengan gedung kampus lain. Hanya gedung Fakultas Sastra dan Fakultas Kehutanan saja yang tidak menjadi imbas amukan. Bahkan, Rektor melaporkan bahwa kepala biro akademik dan kemahasiswaan, Kasudi, menjadi korban penganiayaan dan harus menjalani perawatan medis di rumah sakit.
Selain memberikan kewenangan kepada pihak kepolisian berdasarkan Laporan Polisi yang dibuat Rabu kemarin, rapat darurat senat Unipa itu juga menyepakati bahwa seluruh dosen mogok atau menghentikan proses akademik, termasuk perkuliahan secara daring.
Kemudian, menunda pelaksanaan wisuda yang rencana digelar pada 11 Agustus 2021 sampai pada waktu yang belum ditentukan. Menunda pelaksanaan PKKMB yang dijadwalkan minggu ketiga bulan Agustus sampai pada waktu yang belum ditentukan dan membatalkan tes lokal gelombang ke dua.
“Ini adalah keputusan final rapat senat. Semua kegiatan yang ditunda itu akan dilaksanakan setelah proses hukum terhadap pelaku perusakan, penganiayaan dan aktor intelektual di lakukan aparat kepolisian,” jelasnya, sembari mengatakan bahwa siapapun mahasiswa yang terlibat dalam aksi itu akan dikeluarkan/dropout.
Soal Keberpihakan orang asli Papua, Rektor menegaskan bahwa apa yang dilakukan pihak Unipa itu berdasarkan aturan. Dia pun menegaskan Unipa sudah sangat berpihak kepada orang asli papua.
Dia menyebut, berdasarkan sumber dari pangkalan data, jumlah anak papua yang diterima sebagai mahasiswa Unipa melalui jalur tes lokal sebanyak 766 orang. Sedangkan yang bukan orang asli papua hanya 255 orang.
“Kita tidak perlu melakukan pembohongan. Kita ini dosen. Apa yang kita bicarakan berdasarkan data dan fakta,” tegasnya.
Sementara itu, Kapolres Manokwari, AKBP Dadang Kurniawan mengatakan bahwa pihaknya sudah menerima Laporan Polisi dari pihak rektorat untuk mengusut aksi anarkis itu.
“Hari ini kami langsung menindak lanjuti laporan polisi dengan melakukan olah tempat kejadian perkara,” katanya.
Sumber: CNN indonesia