PORTAL JABAR,- Pendekatan psikologi positif telah memberikan pandangan yang kuat tentang bagaimana kita dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan yang berkelanjutan dalam hidup. Salah satu aspek yang penting dalam psikologi positif adalah konsep memaafkan. Pemaafan dalam psikologi positif juga dikategorikan sebagai salah satu kekuatan karakter (character strength) yang merupakan karakter baik untuk mengarahkan individu pada trait positif yang dapat terefleksi dalam pikiran, perasaan dan tingkah laku.
Robert D. Enright, salah seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa pemaafan adalah kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tak acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya secara tidak adil. Bisa disimpulkan bahwa memaafkan merupakan suatu tindakan yang melibatkan pembebasan dari kemarahan, sakit hati, dan ketidakadilan yang kita rasakan akibat dari perlakuan buruk atau pengkhianatan yang kita alami. Konsep memaafkan dalam psikologi positif tidak bermaksud untuk mengesampingkan atau mengabaikan rasa sakit yang kita alami, tetapi lebih kepada penggunaan kekuatan emosional dan mental kita untuk mengubah pengalaman luka menjadi sumber kekuatan dan pertumbuhan melalui pengelolaan emosi negatif menjadi emosi positif dalam hubungan kita dengan orang lain.
Salah satu teori psikologi positif yang relevan dalam konteks memaafkan adalah teori pemusatan diri pada kekuatan (strengths-focused approach) yang dikembangkan oleh Martin Seligman. Teori ini menekankan pentingnya mengenali, mengembangkan, dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan individu sebagai fondasi dalam mencapai kesejahteraan dan kehidupan yang bermakna. Dalam konteks memaafkan, teori ini menyoroti pentingnya mengidentifikasi kekuatan yang ada dalam diri kita untuk menghadapi dan mengatasi luka yang kita alami. Dengan begitu, kita akan cenderung lebih menerima keadaan dan mengabaikan hal-hal negatif yang sekiranya mengganggu dalam keberlangsungan hidup.
Walaupun memaafkan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, memaafkan dapat memberi sejumlah manfaat psikologis yang signifikan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa memaafkan dapat mengurangi tingkat stres, depresi, dan kecemasan. Memaafkan juga berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan subjektif, kepuasan hidup, dan hubungan sosial yang lebih baik. Dalam konteks psikologi positif, memaafkan juga dapat membantu individu untuk mengembangkan rasa empati, syukur, dan pikiran yang lebih optimis terhadap kehidupan.
Beberapa cara berikut ini dapat kita lakukan untuk memaafkan, diantaranya adalah :
- Mengenali emosi negatif (hal ini penting dilakukan untuk mengenali dan mengakui emosi negatif yang timbul akibat luka yang kita alami. Emosi negatif dapat berupa kemarahan, kesedihan, maupun sakit hati. Mengizinkan kita untuk meluapkan dan merasakan emosi ini adalah langkah awal dalam proses memaafkan).
- Mengembangkan rasa empati (kita bisa mencoba untuk melihat dan memahami situasi dari sudut pandang, latar belakang atau motif mereka. Kita juga dapat mencoba untuk mengerti bahwa manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari kesalahan. Dengan begitu, kita dapat membangun empati terhadap orang yang telah melukai kita).
- Fokus terhadap hal yang positif / focus on positive vibes only (Melatih diri untuk mengenali dan menghargai hal-hal baik dalam kehidupan kita dan hubungan kita dengan orang lain adalah aspek penting dalam memaafkan).
- Fokus terhadap pertumbahan pribadi / just focus on your own (menggunakan hal-hal yang menyakitkan sebagai kesempatan untuk belajar, bertumbuh, dan akhirnya akan menjadi lebih kuat dan cenderung mengabaikan hal yang sekiranya tidak penting di luar pertumbuhan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik).
- Mendapatkan dukungan (untuk beberapa orang, proses memaafkan memang sulit untuk dilakukan. Dengan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat atau bahkan mendapatkan pertolongan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog merupakan langkah yang baik dalam membantu untuk melalui proses ini).
Mengutip perkataan yang dikemukakan oleh Martin Luther King, Jr. bahwasanya “Forgiveness is not an occasional act, it is a constant attitude”, yang berarti memaafkan bukanlah tindakan yang hanya sesekali dilakukan, melainkan memaafkan adalah sikap yang konstan. Jika tujuan hidup kita adalah untuk mengekspresikan cinta dan kebahagiaan, maka memaafkan dengan ikhlas adalah kunci untuk mencapai hidup yang penuh damai dan sejahtera.
Penulis: Maritza Fathiarafa R.Z.
Referensi :
- Nashori, Fuad (2011). MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP DENGAN PEMAAFAN. JURNAL UNISIA, Vol. XXXIII No. 75.
- Khasan, M. (2017). Perspektif Islam dan psikologi tentang pemaafan. Jurnal at-Taqaddum, 9(1), 69-94.