PORTAL JABAR,- Dalam kehidupan pasti kita akan dihadapkan pada sebuah masalah atau tantangan, tidak ada cara untuk menghindari masalah dalam kehidupan. Tantangan selalu ada dalam hidup kita sebagai manusia. Masalah dapat datang dalam berbagai bentuk, seperti masalah keuangan, konflik interpersonal, ketidak mampuan untuk mencapai tujuan, atau bahkan perubahan tak terduga dalam lingkungan kita.Kadang-kadang, tantangan ini membuat kita merasa terhimpit dan terjebak dalam kegelapan yang menghalangi kemajuan kita untuk berkembang. Namun, bagaimana kita merespon dan menghadapinya adalah yang akan membuat perbedaan. Di tengah badai yang menghantam, ada sifat yang tak tergoyahkan yang disebut resiliensi mental. Resiliensi mental adalah kemampuan untuk tetap bercahaya dan bangkit dari kesulitan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.
Resiliensi adalah salah satu konsep yang sangat relevan dalam bidang psikologi positif. Psikologi positif adalah disiplin ilmu yang berfokus pada elemen positif dalam kehidupan manusia, seperti kebahagiaan, kesejahteraan, dan pertumbuhan pribadi. Ini tidak hanya bertujuan untuk mengatasi masalah psikologis, tetapi juga untuk memperkuat sisi positif kita dan meningkatkan kualitas hidup kita. Psikologi positif berfokus pada meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan individu, membantu mereka mengubah pola pikir negatif menjadi pola pikir yang lebih positif, yang berarti mengganti pikiran yang meragukan dan pesimis dengan pikiran yang lebih optimis dan percaya diri. Dengan memperkuat pola pikir yang positif, individu dapat mengatasi rintangan dengan lebih baik. Dalam psikologi positif, resiliensi mengacu pada kemampuan seseorang untuk pulih dari situasi sulit, tantangan, atau trauma sambil memperoleh kekuatan dan kemajuan sebagai hasilnya.
Menurut Pidgeon, Rowe, Stapleton, Magyar, dan Lo (2014), reseliensi adalah kemampuan untuk menangani masalah dengan baik, berhasil dalam menghadapi kesengsaraan, dan memiliki harapan yang lebih dalam situasi sulit. Resiliensi juga mencakup cara seseorang pulih dari kemunduran atau trauma, serta cara mereka mampu mengatasi tantangan hidup (Eley et al., 2013).
Psikologi positif menganggap resiliensi sebagai gabungan dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal termasuk optimisme, pola pikir positif, keyakinan diri, dan kemampuan untuk mengelola emosi. Faktor eksternal termasuk dukungan sosial, hubungan yang sehat, dan lingkungan yang mendukung.
Penelitian psikologi positif telah menunjukkan bahwa meningkatkan resiliensi diri sangat menguntungkan bagi kesejahteraan seseorang. Resiliensi dapat membantu kita menghadapi tantangan dengan lebih baik, mengatasi stres, dan mendapatkan kesehatan mental yang lebih baik, serta dapat membantu kita bangkit dari kegagalan dan mendapatkan dukungan sosial yang baik. Selain itu, kita juga dapat melihat tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang dan belajar dengan berkonsentrasi pada pengembangan resiliensi. Kita dapat mengatasi kesulitan dan mencapai hasil yang positif dalam hidup kita jika kita tetap fleksibel, optimis, dan gigih. Penting untuk terus belajar, berkembang, dan memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk menjadi lebih tahan terhadap kesulitan.
Penulis : Annisa Chaya Imani
Referensi
- Missasi, V., & Izzati, I. D. (2019). “Faktor – faktor yang mempengaruhi resiliensi”. Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan ISSN: 2715-7121. Hal. 433-441
- Southwick, S. M., & Charney, D. S. (2018). Resilience: The Science of Mastering Life’s Greatest Challenges. Cambridge University Press.
- Sandberg, S., & Grant, A. (2017). Option B: Facing Adversity, Building Resilience, and Finding Joy. Knopf.