PORTAL JABAR,- Tidak ada hubungan yang bisa berjalan mulus tanpa hambatan dan masalah, apalagi dalam rumah tangga. Sangat sulit untuk menyelesaikan masalah pernikahan dengan cara yang sehat, terlebih masalah tersebut memiliki penyebab yang berbeda. Salah satu alasan dari permasalahan rumah tangga adalah ketidaksetiaan.
Perselingkuhan adalah salah satu permasalahan yang paling umum. Di Indonesia sendiri, saat ini tengah dihebohkan dengan kasus perselingkuhan yang menjerat banyak artis ternama. Fenomena tersebut tidak hanya menjadi buah bibir di kalangan penggemar, tetapi juga memicu diskusi dan perdebatan luas di kalangan pengguna media sosial.
Menurut Hertlein, Wetchler, dan Piercy (2005) dalam artikel Fenomena Selingkuh Menurut Psikologi: Bagaimana Perselingkuhan Bisa Terjadi? perselingkuhan merupakan setiap perbuatan yang melanggar kompromi di antara pasangan. Selain itu, perselingkuhan juga mencakup hubungan seksual bersama orang lain, perilaku meangakses multimedia software seks, menonton pornografi, keintiman fisik seperti saling mencium dan berpegangan tangan, juga keintiman emosional dengan seseorang yang bukan pasangan kita.
Seseorang juga dapat berbicara tentang perselingkuhan jika menyangkut aktivitas apa pun yang dapat merusak ikatan atau kepercayaan antar pasangan. Siapa pun bisa berselingkuh tidak hanya public figure. Ironisnya, meski perselingkuhan adalah salah satu hal yang keliru, tidak sedikit orang-orang yang melakukannya. Lalu, apa yang membuat seseorang selingkuh?
Beberapa kondisi yang bisa menjadi pemicu dalam perselingkuhan adalah tidak adanya kepuasan baik dalam hal seksual maupun emosional, merasa jatuh cinta dengan orang lain, balas dendam, serta adanya keinginan untuk mendapatkan apresiasi dari orang lain. Perselingkuhan mampu menurunkan rasa percaya baik pada diri sendiri ataupun pasangan, selain itu seseorang juga bisa mengalami ketidakstabilan emosi.
Psikologi positif hadir untuk memberikan salah satu cara supaya perselingkuhan bisa dicegah. Dalam kesempatan ini psikologi positif lebih menekankan pada penguatan karakter positif gratitude atau rasa syukur. Dengan penguatan karakter tersebut, diharapkan mampu menjadi dasar bagi individu untuk mengatasi dampak yang dirasakan akibat dari sebuah perselingkuhan.
Kekuatan Karakter : Gratitude
Peterson & Seligman (2004) menjelaskan gratitude sebagai bentuk perasaan terima kasih dan kesadaran akan hal-hal baik yang terjadi dan mampu menawarkan pandangan positif bahwa kehidupan adalah sebuah anugerah.
Rasa syukur memiliki kekuatan unik untuk mempertahankan suatu hubungan, atau bisa dikatakan mampu memperkuat hubungan, seperti dalam rumah tangga misalnya. Ada berbagai fakta yang menyatakan bahwa saat bersyukur, pernikahan yang dijalani akan kian berkualitas. Pada saat kita menampilkan rasa terima kasih untuk pasangan kita, itu berarti kita memberi mereka penghargaan dan apresiasi yang positif.
Ada anggapan lain yang mengatakan bahwasannya gratitude bisa dipandang sebagai bentuk positif yang berperan dalam membentuk pernikahan yang langgeng. Semakin sering bersyukur, semakin sering kita merasakan kebahagiaan, kegembiraan, dan cinta. Rasa syukur juga mampu menyelematkan kita dari emosi negatif seperti kecemburuan, kemarahan, keserakahan dan rasa benci yang bisa membawa kita ke ujung pernikahan.
Banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari sering bersyukur, seperti pikiran yang tenteram, kebahagiaan, kesehatan jasmani dan peningkatan kepuasan pernikahan. Apalagi jika kita bisa mengungkapkan rasa terima kasih secara terbuka, misalnya dengan mengucap Alhamdulillah dan berterima kasih atas kehadiran pasangan dalam hidup kita, hal ini tentu dapat menambah keterkaitan terhadap pasangan, yang mampu menumbuhkan kepercayaan, yang mana akibatnya pasangan akan merasa dihargai dan berharga. Ketika kita sudah biasa mensyukuri semua yang dimiliki, kita akan merasa nyaman dengan hubungan kita, tidak terkecuali pernikahan. Dan pada saat kita nyaman dengan hubungan tersebut, maka tidak akan ada celah untuk perselingkuhan.
PENULIS: Cindy Rahmatunnisa
Referensi :
- Amelia, Dinda. (2023). Perselingkuhan dari Kacamata Psikologi. Diakses 24 Juni 2023 pada https://riliv.co/rilivstory/selingkuh-menurut-psikologi/
- Halodoc. (2022). Ketahui 5 Faktor yang Bisa Memicu Perselingkuhan. Diakses 24 Juni 2023 pada https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-5-faktor-yang-bisa-memicu-perselingkuhan
- Kampus Psikologi. (2021). Fenomena Selingkuh Menurut Psikologi : Bagaimana Perselingkuhan Bisa Terjadi. Diakses 24 Juni 2023 pada https://kampuspsikologi.com/selingkuh-menurut-psikologi/?amp
- Pifa. (2023). Fenomena Selingkuh Artis Jadi Tren : Ini Dampak Psikologis Bagi Korban dan Cara Hadapinya. Diakses 24 Juni 2023 pada https://pifa.co.id/berita/fenomena-selingkuh-artis-jadi-tren-ini-dampak-psikologis-bagi-korban-dan-cara-hadapinya#:~:text=Perselingkuhan%20dapat%20menyebabkan%20gangguan%20emosional,trauma%20psikologis%20pada%20beberapa%20individu
- Setiawanti, R M. (2021). 20 Masalah Rumah Tangga dan Cara Mengatasinya. Diakses 24 Juni 2023 pada https://www.popbela.com/relationship/married/raizza-monik-setiawanti/masalah-rumah-tangga-dan-cara-mengatasinya
- Khairani, Maya. (2016). Memaknai Pernikahan dengan Rasa Syukur. Diakses 24 Juni 2023 pada https://aceh.tribunnews.com/2016/08/06/memaknai-pernikahan-dengan-rasa-syukur