PORTALJABAR, BALI – Pariwisata nasional bakal menggeliat kembali seiring mulai melandainya kasus penularan Covid-19 di Tanah Air. Momentum kebangkitan pariwisata dalam negeri ini antara lain ditandai dengan dibukanya kembali Bali untuk kunjungan turis asing mulai Kamis (14/10) mendatang.
Mulai tanggal itu, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai kembali dibuka untuk penerbangan internasional sejak ditutup pasca pandemi melanda Indonesia. Pada tahap uji coba ini, wisatawan mancanegara (wisman) yang diperbolehkan masuk ke Bali berasal dari negara atau kota tertentu, yakni China, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Abu Dhabi serta Dubai, Uni Emirat Arab.
Pemerintah menerapkan syarat ketat bagi wisman yang ingin datang ke Bali, termasuk harus memiliki bukti vaksinasi lengkap dan kewajiban melakukan karantina di hotel selama lima hari.
Dalam rangka menyambut turis asing, infrastruktur penunjang pun dipastikan sudah siap. Termasuk memastikan tempat usaha di Bali menerapkan cleanliness health safety and environment sustainablity (CHSE). Putu menegaskan pihaknya memastikan setiap industri pariwisata, termasuk hotel, restoran, mall maupun tempat publik lainnya untuk lulus sertifikasi CHSE.
Terkait syarat masuk Bali, Putu menyebut turis asing harus bisa menunjukkan surat keterangan bebas Covid-19, baik sebelum keberangkatan dari negara asal maupun setibanya di Bali. Tahapan berikutnya, wajib melakukan tes usap (swab test) saat mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Jika hasilnya positif, maka akan langsung dibawa ke rumah sakit. Sebaliknya, mereka akan menjalani karantina atau isolasi mandiri meski hasil tesnya negatif.
Selain Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, optimisme akan bangkitnya pariwisata Tanah Air juga disampaikan oleh Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo menyebut saat ini sudah terjadi peningkatan jumlah wisatawan domestik seiring mulai melandainya kasus Covid-19 di daerahnya. DIY saat ini memasuki Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3. Ada delapan destinasi yang telah dibuka. Jumlah kunjungan wisatawan setiap harinya antara 4.000 hingga 5.000 orang. Dibandingkan sebelum pandemi, jumlah ini masih sangat jauh.
Salah satu indikator mulai menggeliatnya wisatawan adalah okupansi hotel. Saat ini di lokasi ring 1 seperti di sekitaran kawasan Malioboro, hunian hotel sudah mencapai 80-95%. Adapun di daerah pinggiran okupansi hotel juga sudah di atas 50%.
Dia juga berharap turis asing juga akan menyambangi DIY terutama setelah Bali dibuka untuk penerbangan internasional. Meskipun Yogyakarta selama ini mengandalkan wisatawan domestik, namun sebelum pandemi wisman yang datang berkunjung ke DIY jumlahnya bisa mencapai 500.000 per tahun.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, uji coba pembukaan Bali bagi warga asing tetap harus mengutamakan kehati-hatian agar tak terjadi lonjakan kasus Covid-19.Dia berharap, kebijakan ini bisa dijalankan dengan kehati-hatian tinggi meskipun Indonesia dalam situasi Covid-19 yang terkendali.
Dia menekankan, setiap penumpang kedatangan internasional wajib menyertakan bukti pemesanan (booking) hotel untuk karantina minimal lima hari dengan biaya sendiri. Ada 35 hotel di Bali yang disiapkan menjadi area karantina bagi para tursi asing.
Namun menurutnya, yang paling terpenting adalah aspek keselamatan, baik masyarakat Indonesia dari sisi kesehatan dan terlindungi terhadap potensi lonjakan kasus-kasus baru Covid-19. “Bagaimana kita juga mengidentifikasi dan bisa memitigasi varian-varian baru yang bermunculan berkaitan dengan mutasi virus Covid-19 ini,” ujar Sandi dalam konferensi pers virtual awal pekan lalu.
Keputusan pemerintah pusat membuka pintu bagi wisman ke Bali direspons antusias pemerintah daerah Bali. Bagi Pemprov Bali kebijakan membuka pintu bagi turis asing otomatis akan menghidupkan kembali perekonomian Pulau Dewata yang selama hampir dua tahun terpuruk akibat badai pandemi.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa mengatakan, insan pariwisata sangat antusias dengan adanya wacanaopen borderini.
“Apalagi selama ini banyak yang terdampak, mereka mengandalkan biaya kebutuhan pokok hidupnya, sekolah anaknya, dari kegiatan wisata. Sudah hampir duatahun mereka tidak memperoleh penghasilan,” ujar Putu Astawa,kemarin.
Kendati demikian, Putu mewanti-wanti semua pihak agar tidak euforia akan wacana tersebut. Dia mengingatkan bahwa pandemi belum selesai sehingga masyarakat harus tetap waspada dan tidak lalai. Jika nantinya muncul kluster baru, bukan tidak mungkin penanganan Covid-19 akan semakin lama dan penutupan sementara kegiatan ekonomi masyarakat, terutama di sektor pariwisata, bisa kembali terjadi.
Sumber: SINDONEWS.com